Suarapos.blogspot.com l Profesi - Marketing adalah salah satu sumber daya yang paling dicari perusahaan. Tentunya, dengan gaji yang menggiurkan. Tapi, mereka yang menggeluti profesi ini harus berpikir kreatif. Maklum, mereka adalah ujung tombak perusahaan.
Semua perusahaan yang menawarkan produk dan jasa pasti membutuhkan tenaga pemasaran atau marketing untuk memperkenalkan produk dan jasanya. Lebih dari itu, seseorang yang melakoni profesi di bidang marketing harus mampu menciptakan suasana yang mempengaruhi konsumen untuk membeli produk atau memakai jasa perusahaannya. Dengan kata lain, dia mesti menciptakan permintaan terhadap produk atau jasa.
Ya, orang-orang yang menjalani profesi marketing memang bertanggungjawab pada bagaimana membentuk brand awareness produk atau jasa perusahaannya di masyarakat dengan pelbagai strategi. "Dengan marketing program ataumarketing campaign, diharapkan produk dan jasa yang ditawarkan bisa diterima pasar," kata Fabiant Kayatmo, Product Marketing Senior Manager Samsung Electronic Indonesia.
Aristo Kristandyo, Senior Manager Marketing Communication Citilink, menyatakan, marketing boleh dibilang sebagai corong sebuah produk atau jasa. Itu sebabnya, "Orang-orang yang bergerak dalam bidang marketing seharinya-hari harus berpikir kreatif," ujarnya.
Berpikir kreatif, Aristo menjelaskan, termasuk jeli dalam menyajikan produk atau jasa yang sesuai dengan permintaan konsumen. Ambil contoh, produk dijual di mana dan bagaimana cara menjualnya.
Ujung tombak
Indra Widjaja Antono, Marketing Director Agung Podomoro Group, bilang, orang-orang yang bergerak di bidang marketing membuat konsep untuk memadukan antara promosi dan penjualan. Tapi, yang harus diingat, marketing tidak melulu fokus pada sisi penjualan, tapi juga mengutamakan sisi relasi dengan konsumen. Mereka harus tahu kebutuhan konsumen dan menciptakan cara promosi menarik.
Orang yang bekerja sebagai marketing juga harus mampu melahirkan inovasi dan diferensiasi dalam promosi produk. Karena itu, marketing kerap menjadi andalan perusahaan. Tak heran, banyak yang menyebut marketing sebagai ujung tombak untuk mendongkrak kinerja perusahaan, khususnya yang bergerak di sektor consumer goods dan jasa. "Boleh saja produksinya bagus, tapi kalaumarketing-nya tidak bagus, produknya tidak memiliki hasil," tutur Indra.
Sebagai ujung tombak, orang yang bergerak di bidang marketing harus mengetahui dinamika perkembangan pasar paling mutakhir. Menurut Joko Trisanyoto, Marketing Director Toyota Astra Motor, cakupannya antara lain seberapa besar kapasitas pasar yang akan menjadi target, kemampuan konsumen, serta siapa saja kompetitor yang bermain di sana dan seperti apa persaingannya. "Intinya, marketing harus mampu beradaptasi dengan perkembangan pasar," katanya.
Yuk, kita gali lebih detail soal profesi marketing.
Tugas marketing
Sebagai petugas marketing, seseorang tentu harus mengetahui dan memahami detail produk dan jasa yang dia pasarkan (product knowledge). Lalu, seorang marketing harus cinta terhadap produk atau jasa yang akan dia tawarkan ke pasar. Artinya, dia harus tahu kelebihan dan kekurangannya, termasuk apa yang masih bisa dikembangkan dari produk atau jasa itu. "Kalau sudah cinta, nanti keluar passion untuk berpikir kreatif," imbuh Aristo.
Setelah mengenal produk atau jasa, seorang marketing juga harus kreatif dalam mengenalkan produk atau jasa itu. Contoh, perusahaan penerbangan bisa saja mengeluarkan tiket yang juga sekaligus bisa dipakai untuk memesan hotel.
Menurut Fabiant, dalam dunia marketing, produk sama halnya bayi. Produk harus diurus sejak masih dalam tahap perencanaan hingga menjadi suatu bentuk yang bisa dipasarkan. Bahkan, sedari awal sudah dikaji tentang kapasitas produk itu menembus pasar dan kompetisinya seperti apa.
Setelah produk itu lahir, seorang petugas marketing harus menyampaikan ke konsumen dengan strategi promosi yang bisa membuat konsumen tertarik. Contoh, lewat iklan di media cetak atau elektronik, papan reklame, pameran, hingga memakai media sosial.
Jenis marketing
Sumber daya marketing berbeda-beda di setiap perusahaan. Soalnya, marketing bergantung pada kebutuhan dalam kapasitas maupun rencana pengembangan produk dan jasa. Fabiant menyebutkan, ada beberapa bidang marketing dalam sebuah perusahaan.
Pertama, marketing product yang berperan sebagai project leader. Bidang ini bertugas menyiapkan produk baru atau pengembangan produk yang sudah beredar di pasar. Marketing product bekerja sama denganmarketing research and development jika suatu perusahaan memiliki divisi ini.
Kedua, marketing communication. Perannya untuk melaksanakan pengenalan produk dan jasa melalui jalurbelow the line (BTW) seperti pameran dan roadshow maupun above the line (ATL) semisal iklan serta jejaring sosial. Lalu, melahirkan ide-ide promosi yang kreatif dan dikemas dalam penyajian yang menarik.
Ketiga, marketing retail empowerment. Divisi ini menangani pemasaran sebuah produk pada penjual ritel. Contohnya, memasang neon box, serta memberikan flyer, dan brosur. Intinya, "Divisi ini memastikan produk bisa dikenal oleh konsumen yang datang langsung ke para pedagang ritel," terang Fabiant.
Keempat, marketing research and development. Tugasnya bisa macam-macam, mulai melihat potensi pasar ke depan, pengukuran terhadap brand awareness hingga mengevaluasi pencapaian target penjualan. "Mereka bisa juga melakukan pengukuran customer satisfaction index. Itu tugas mereka," tutur Aristo.
Kelima, marketing distribution channel yang memiliki tugas menentukan sebuah produk atau jasa mau dikenalkan ke konsumen dengan cara seperti apa. "Setiap departemen mempunyai satu manajer atau supervisor," ungkap Aristo.
Keenam, direct marketing menangani semua aktivitas pencitraan produk langsung ke masyarakat. Misalnya, dengan melakukan SMS blast, e-mail blast, newsletter, dan majalah internal. "Cara-cara ini sangat tergantung pada seberapa besar perusahaan itu mau berkembang," jelas Aristo.
Pendidikan marketing
Tapi, untuk menjadi marketer yang andal, tentu saja harus diimbangi dengan kapasitas yang memadai. Menurut Indra, memang butuh pendidikan khusus untuk menjadi seorang marketing. Dan, tak sulit untuk mendapatkannya. Sekarang sudah banyak lembaga-lembaga pendidikan yang membuka jurusan marketing.
Cuma, ilmu marketing yang seorang dapat dari bangku pelatihan atau kuliah harus dikombinasikan dengan keterampilan membaca perilaku pasar. Contohnya, developer ingin membuat perumahan, tentu sajamarketing harus mengetahui tren pemukiman yang dibutuhkan konsumen saat ini. Jadi, "Yang paling penting harus bisa mentransfer kebutuhan konsumen," kata Indra.
Fabiant menambahkan, untuk terjun ke bidang marketing, seseorang memang perlu belajar. Tapi, jalurnya bisa macam-macam, tidak melulu dari pendidikan formal seperti perguruan tinggi atau lembaga pendidikan tertentu. Sebab, kebanyakan orang memiliki ilmu marketing justru berdasarkan pada pengalamannya.
Dengan kata lain, orang lebih banyak mengandalkan learning by experience di bidang marketing. Fabiant menyarankan, sebagai pemasar, seseorang juga harus rajin turun ke lapangan untuk melihat kompetisi pasar. "Kalau hanya duduk saja di kantor, enggak akan tahu situasi pasar," tegas dia.
Setali tiga uang, Joko bilang, banyak lembaga pendidikan yang membuka kelas-kelas khusus tentangmarketing. Tapi, memang yang paling penting adalah seorang marketing harus belajar mengadopsi situasi aktual di lapangan.
Maksudnya, untuk menggeluti marketing harus belajar tentang perubahan pasar dan perilaku konsumen. Misal, tren kebutuhan konsumen berdasarkan jenis kelamin dan usia, serta belajar tentang karakter konsumen yang tinggal di desa atau di kota.
Caranya bisa macam-macam. Tapi yang terpenting dalam mendalami ilmu marketing adalah turun ke lapangan lewat program market research. Fokusnya antara lain melihat produk apa yang paling dibutuhkan konsumen saat ini, apa ada keluhan terhadap produk yang telah dipasarkan.
Aristo mengingatkan, ilmu marketing memang dibutuhkan, namun hanya untuk memvalidasi atau sebagai panduan. Pengalaman atawa jam terbanglah yang lebih banyak berbicara. "Asalkan punya kemauan belajar," pesan Aristo.
Peluang dan jenjang karier marketing
Peluang berkarier di bidang marketing masih menjanjikan. Apalagi, setiap perusahaan mulai mengembangkan divisi marketing seiring dengan perkembangan pasar dan teknologi. Contohnya, saat ini pada marketing communication tidak hanya sebatas pada urusan iklan atau pameran, melainkan juga menangani pemasaran lewat jejaring sosial.
Jadi, semakin berkembang sebuah perusahaan, mereka bakal semakin banyak membutuhkan sumber daya di bidang marketing. "Sehingga, peluang berkarier di marketing makin terbuka," ucap Fabiant.
Hanya, Aristo mengungkapkan, agar kariernya menanjak, seorang pemasar harus menguasai semua bagian tentang marketing dan produk.
Adapun jenjang karier di bidang marketing bervariasi. Misalnya, dalam suatu perusahaan, jenjang karier berawal dari posisi staf. Selanjutnya asisten supervisor, supervisor, lalu dilanjutkan dengan asisten manajer, manajer hingga general manager. Posisi di tataran teratas: direktur marketing.
Menurut Aristo, tidak tertutup kemungkinan dalam sebuah perusahaan ada posisi chief marketing officer(CMO). Selain itu, orang dengan latar belakang marketing juga bisa menapaki puncak karier sebagai chief executive officer (CEO). "Untuk posisi CEO harus kuat juga di finance," terang Aristo.
Daniel Saputro, pakar marketing, mengatakan, profesi marketing memang sangat menjanjikan. Cuma, loyalitas seseorang yang sudah andal di bidang marketing biasanya kurang terhadap perusahaan. Sebab, mereka akan pindah bak kutu loncat jika memang ada peluang pekerjaan baru.
Salah satu pemicunya adalah informasi tentang lowongan pekerjaan sekarang sangat cepat. Tanpa perlu membuka koran, mereka cukup mengeklik situs pencari kerja seperti JobsDB.com untuk mencari lowongan marketing.
Pemicu lainnya, marketing adalah salah satu sumber daya yang paling banyak dicari perusahaan. Daniel mencontohkan, di sektor perbankan, banyak terjadi turnover pegawai dari divisi marketing. "Bukan eranya lagi seseorang marketing mau pensiun hanya pada satu tempat saja," katanya.
Gaji marketing
Selain jenjang karier yang bagus, profesi marketing juga menjanjikan penghasilan yang menggiurkan. Apalagi, jika bekerja di divisi marketing pada perusahaan besar berskala nasional atau internasional.
Fabiant membeberkan, gaji minimal seorang staf marketing biasanya berkisar antara Rp 3 juta hingga Rp 5 juta. Angka ini tergantung pada skala perusahaan tempatnya bekerja.
Tapi, seiring dengan perkembangan kariernya, penghasilan seorang marketing akan meningkat. Jika sudah memiliki posisi tertentu, seperti manajer, general manager hingga direktur, bisa memperoleh gaji dobel bahkan tripel digit.
Aristo mengungkapkan, penghasilan seorang marketing juga tergantung dari skala perusahaan tempat mereka bekerja. Contohnya, penghasilan seorang marketing pada perusahaan otomotif tentu saja berbeda dengan consumer goods.
Cuma yang jelas, menurut Aristo, seorang yang berada di posisi staf marketing entry level kini bisa mengantongi penghasilan dengan kisaran
Rp 5 juta sampai Rp 7 juta. Lalu, bagi mereka yang berada di posisi head of marketing atau setaranya bisa mendapat gaji Rp 10 juta sampai 15 juta.
Selanjutnya, jika naik jabatan lagi menjadi general manager bisa membawa pulang uang Rp 20 juta hingga Rp 30 juta, setiap bulan bahkan bisa lebih dari itu.
Cuma yang menggiurkan, Indra menuturkan, penghasilan seorang marketing bukan cuma dari gaji yang mereka terima saban bulan. Ada tambahan yang bisa bikin kantong makin tebal. Penghasilan seorangmarketing bakal bertambah jika target penjualan tercapai, karena ada bonus untuk itu. Lebih dari sekadar penghasilan, seorang marketing asyiknya bisa membangun relasi dengan banyak orang. Jadi, "Penghasilan tidak selalu berkaitan dengan uang," imbuh Indra.
Jadi, jelas, kan, pekerjaan marketing tak bisa dibayangkan sebagai bidang pekerjaan yang memalukan? Berminat terjun di bidang marketing?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar